nonannisa

nona annisa

Spesial

Umurku sudah menginjak hampir seperempat abad. 24 ya. Banyak step harus aku lewati. Sukar atau mudah.

Satu step lagi yang aku harus pelajari, yaitu memasak. Menurutku ini satu hal yang susah setelah kuliah termodinamika dan matematika fisika saat kuliah dulu.

Tapi kata seseorang :

Setinggi apapun tahtanya, wanita akan bersinggungan dengan dapur


Terima kasih ya kadonya.

Wakil kepentingan

Sempat terlintas bangsa seperti apa Indonesia ini. Semua hal diburu demi kepentingan kantong sendiri. Wakil rakyat yang katanya menyerukan aspirasi rakyat hanyalah seonggoh jasad yang duduk di kursi, makan, bahkan terkadang tidak menyuarakan pendapatnya.

Mereka hanyalah alibi untuk dapat mengeruk pundi-pundi negara. Sepulang dari rapat, tak sering mereka lobi-melobi, lagi-lagi untuk mempertebal dompet kulit yang entah mungkin harganya melebihi gaji-gaji PNS pada umumnya.

Dunia politik memang dunia hitam, dunia pesta, dunia buta.

nonannisa

Nona Kemarau

Saat ini ku tak peduli hujan belum turun meski sudah September, karena sudah ku rasakan kesejukan disetiap rekahan bibir kering yang mengakselerasikan ke senyum yang menggelegar.

Kemarau ini pun sudah tak ku hiraukan. Ada kesegaran dari gestur energik, karena geraknya melebihi kegiatan fotosintensis yang menghasilkan oksigen murni.

Pelangi pun terlihat, meski belum turun hujan, karena ada mata yang berbinar dan terbuka lebar saat berbicara.

Oh nona kemarau, basahilah hati yang retak seperti di sawah petak. Basuhlah jiwa yang sepi seperti bersuci dibalik batas suci, dengan asmara yang semoga tak kenal gersang.

Tulisan ini dari seseorang spesial.

nonannisa

Hai pewarta

Semangat nulis beritanya, pembaca kamu sudah menunggu

nonannisa

Apa Aku Sedang Jatuh Cinta

Senja itu, tak sengaja memang kamu lewat dipikiranku. Aku pun tidak mengerti ada gerangan apa sampai kamu hadir dalam kesendirianku bersama senja. Ah, mungkin itu hanya hati dan logikaku yang tau mangapa dirimu hadir.

Mataku liar menatap jauh diantara bangunan-bangunan mencari sumber secercah cahaya saat senja datang. Bias cahaya kuning keemasan menembus antara bangunan tinggi ibu kota. Ya aku sedang disana menikmatinya ketika tiba-tiba kamu hadir dalam otakku.

Beberapa kali aku melihat ke belakang, aku kira itu kamu. Ternyata bukan. Ada apa aku? Seperti menunggu.

Apa itu keinginanku untuk kamu ada disampingku menemaniku menikmati senja? Atau malah apa itu keinginanku untuk kamu?

Sedang apa aku ini? Sudah lah, balik ketujuan semula kenapa aku berada disini.

nonannisa

Belajar dari kesungguhan.

Belajar dari kesungguhan.
Salah satu kunci mengenai hidup.

Itu yang harus sangat dicamkan dalam-dalam. Bukan karena klasik kesungguhan itu terucap. Melainkan, karena ada keinginan dan dibubuhi energi.

Setiap kita memiliki kesungguhannya masing-masing. Lantaran, pasti ada cita-cita yang ingin digapai. Atau harapan yang ingin terwujudkan.

Satu hari, kala itu masih SMA, keinginanku adalah menjadi seorang penulis, bagaimana caranya? Aku hidup di dunia eksakta, berkutat angka demi angka. Kemudian, kuliah pun begitu. Tapi karena kesungguhan, aku yakin tidak ada yang tidak mungkin. Selagi aku terus berusahal.

Sekarang aku menjadi penulis. Aku bekerja yang mewajibkanku menulis setiap hari.

Ada quote :

Orang yang menulis itu sedang jatuh cinta

Ya, aku jatuh cinta pada tulisan.

nonannisa

Untuk Yang Tak Peduli

Ada orang yang bangga dengan ketidakpedulian.
Ada orang yang sengaja tidak peduli.
Ya ada orang seperti itu.

Lagi-lagi aku kasian padanya.

Terlihat sempit hati dan pikirannya. Tapi mau bagaimana pun, aku tidak bisa memaksakan hak tak pedulinya. Nanti ujungnya adalah mengusik hak prerogatifnya sebagai manusia, itu katanya.

Selalu menitikpoinkan akhir dari rasa peduli itu mengarah pada penderitaan dan kesakitan. Padahal menurutku ‘just a simple’ apa yang kita lakukan asalkan itu niat baik nantinya akan berbuah kebaikan, bukan penderitaan atau sakit. Jangan suudzon ah.

Aku memang tidak mengetahui konteks peduli dan tak peduli itu seperti apa dan bagaimana. Mungkin masih polos, seperti kebanyakan orang menilai pemikiranku. Yang aku tau setiap kita melakukan kebaikan, nanti satu saat Tuhan akan memberikan kebaikan lebih tidak hanya kepedulian.

Aku tau peduli itu bukan paksaan tapi panggilan. Tapi yang memang sengaja tak peduli itu yang egois. Ia egois dengan pikirannya. Ia juga egois dengan hatinya. Pikiran dan hatinya ingin merasakan dan memberikan kepedulian tapi ada yang sengaja mengekangnya. Ah dasar egois.

Hai peduli, kasian ya kamu.

Assalamualaikum :)

Perkenalkan namaku nonannisa.

Mari menulis apa yang sedang kita pikirkan. Karena dari tulisan ini suatu saat kamu akan tau mengapa ini terjadi.